Skip to main content

Laundry Menjamur, PRT Dipecat

SUMENEP - Semua wilayah strategis di kota Sumenep mulai menjamur tempat mencuci pakaian yang biasa disebut ‘laundry’ sejak setahun terakhir. Sayangnya, bisnis laundry ini berdampak negatif pada pembantu rumah tangga (PRT), sebagian keluarga di Sumenep sekarang tidak lagi menggunakan jasa pembantu untuk mencuci pakaian. Karena dari kalkulasi, tenaga pembantu dianggap lebih mahal dari jasa laundry.

“Saya sudah tidak menggunakan pembantu rumah tangga dibagian cuci pakaian. Sebab, mencuci ke laundry lebih cepat dan hemat,” kata Ny Kudsiyah, salah seorang warga Kelurahan Bangselok Kabupaten Sumenep, Senin (6/9).

Dia terpaksa memecat pembantunya karena hanya dalam pekerjaan mencuci pakaian seberat 5 kilogram (kg) membutuhkan dana sebesar Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu sekali panggil tukang cuci pakaian. Padahal, bila menggunakan jasa laundry hanya Rp 17.500 sudah bersih, rapi dan harum. “Kalau dicuci sendiri oleh pembantu, justru biaya membengkak, baik dari penggunaan listrik, air dan ongkos cuci,” terangnya.

Menurut dia, para tetangga lainnya juga melakukan hal serupa, khusus tenaga cuci pakaian sudah tidak lagi menggantungkan tenaga pembantu. Melainkan lebih percaya pada laundry yang sudah mulai menjamur di Sumenep.

Hal serupa juga diungkapkan, Dwita Andriani, warga Jl KH Mansur Kabupaten Sumenep. “Sejak ada laundry, saya tidak lagi menggunakan tenaga pembantu khusus mencuci pakaian,” katanya. Bila dibandingkan, tambah dia, jasa laundry dan pembantu rumah tangga lebih irit hingga 10% sampai 20% setiap kali mencuci pakaian. Sebab, di laundry ada garansi keamanan baju dan sudah beraroma sesuai dengan keinginan.

Pantauan Surabaya Post, sedikitnya ada 15 jasa laundry yang berada di wilayah kota. Para pengusaha laundry itu mematok harga antara Rp 3 ribu sampai Rp 4 ribu per kg cucian. Salah satu Direktur Laundry yang berlokasi di Jl KH A Sajad 30 Bangselok Kabupaten Sumenep, Ny Juli Rumiana mengatakan, kecendrungan warga Sumenep untuk menggunakan jasa laundry cukup luar biasa. Dalam sebulan bisa mencapai 2,5 sampai 3 ton cucian. “Laundry di Sumenep ini populer sejak setahun terakhir. Saya sudah buka dua cabang dan mampu mempekerjakan 10 orang karyawan,” katanya.

Omzet setiap bulan, bisa mencapai Rp 15 juta. Grafik pengguna jasa laundry tertinggi yakni selama bulan Ramadan. “Omzet saya tembus hingga 3 ton cucian selama satu bulan dengan harga Rp 3.500 per kilogram,” urainya.

Dia juga mengakui jika sebagian besar pengguna jasa laundry adalah orang-orang sibuk yang biasa memanggil tukang cuci. Namun, sejak ada laundry mereka lebih percaya menggunakan jasa laundry. “Kalau pelayanan saya, cepat, murah berkualitas dan bertanggungjawab,” tandasnya. md2.

Comments